MAKALAH TAKHALLI, TAHALLI dan TAJALLI-Musarropah STAI Mempawah


MAKALAH  AKHLAK TASAWUF TAKHaLLI, TAHALLI DAN TAJALLI 

Dosen Pengampu: M.AKIL, M.Pd.I 



        DISUSUN OLEH : 

  QOMARIAH 

 MUSARROPAH

  SITI PAIZE 

JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MEMPAWAH TAHUN 2020



KATA PENGANTAR 

           Puji syukur Alhamdulillah kehadirat tuhan yang maha kuasa atas segala Rahmat, taufik dan inayahnya sehingga kami kelompok 6 dalam mata pelajaran “akhlak tasawwuf” dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salh satu acuan, petunjukbmaupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi pendidikan dalam profesi keguruan. 

   Semogamakalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik. 

            Makalah ini kami akui maasih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangatlah kurang. Oleh karena itu kami harapkan kepada para pembaca atau teman-teman prodi PAI semester 1, untuk memberikan masukan- masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.



BAB I 

 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 

    Akhlak tasawuf adalah ilmu yang mempelajari usaha membersihkan diri, berjuang memerangi hawa nafsu, mencari jalan kesucian dengan ma’rifat menuju keabadian, saling mengingatkan antara manusia, serta berpegang teguh pda janji Allah Swt dan mengikuti syari’at Rasulullah Saw Dalam mendekatkan diri dan mencapai rida- Nya.1 Tasawuf sendiri adalah upaya membebaskan diri dari sifat- sifat kemanusiaan demi meraih sifat-sifat malaikat dan akhlak ilahi, serta menjalani hidup pada porosnya ma’rifatullah dan mahabbatullah sembari menikmati kenikmatan spiritual. Sedang sebuah ungkapan yang disematkan kepada para ahli tasawuf di sebut sufi.2 Sufisme atau oarang- orang yang tertarik pada pengetahuan sebelah dalam, orang-orang yang berupaya mencari jalan atau praktik amalan yang dapat mengantarkannya pada kesadaran dan pencerahan hati adalah orang-orang yang melakukan penjernihan diri, penyucian hati dan meningkatkan kualitas karakter dan perilaku mereka agar mencapai tahapan (maqam) orang-orang yang menyembah Allah Seolah-olah mereka melihat-Nya jikalau tidak dia selalu melihat mereka.


B. Rumusan Masalah 

     Rumusan masalah yang akan kita bahas pada makalah ini adalah: 

1.  Apa Pengertian Takhalli?

2. Apa pengertian Tahalli?

3. Apa pengertianTajalli ? 

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dalam penulisan makalah ini adalah: 

 

  1. Dapat mengetahui dan memahami pengertian Takhalli, 

2. Dapat mengetahui dan memahami pengertian tahalli 

3.  Dapat mengetahui dan  memahami pengertian Tajalli 


 

 


 BAB II 

 PEMBAHASAN

1. Pengertian Takhalli 

            Takhalli merupakan langkah pertama yang harus dijalani seorang sufi. Takhalli adalah usaha mengosongkan diri dari prilaku atau akhlak tercela. Salah satu akhlak tercela yang paling banyak membawa pengaruh terhadap timbulnya akhlak jelek lainnya adalah ketergantungan ada kelezatan duniawi. Hal ini dapat dicapai dengan jalan menjauhkan diri dari kemaksiatan dalam segala bentuknya dan berusaha melenyapkan dorongan hawa nafsu. 

           Dalam menanamkan rasa benci terhadap kehidupan duniawi serta mematikan hawa nafsu, para sufi berbeda pendapat. Sekelompok yang moderat berpendapat bahwa rasa kebencian terhadap kehidupan duniawi cukup sekedar tidak melupakan tujuan hidupnya dan tidak meninggalkan duniawi sama sekali. Demikian pula, dengan pematian hawa nafsu itu, cukup dengan sekadar “diskusi” melalui peraturan disiplin kehidupan. Aliran ini tidak meminta agar manusia secara total melarikan diri dari problema dunia dan tidak pula menyuruh menghilangkan hawa nafsu. Golongan ini tetap memamfaatkan dunia sekedar yang dapat mengganggu stabilitas akal dan perasaan.

           Sementara itu, kelompok sufi yang ekstrem berkeyakinan bahwa kehidupan duniawi benar-benar sebagai “racun pembunuh” kelangsungan cita-cita sufi. Persoalan duniawi adalah penghalang perjalanan karenanya nafsu yang bertendensi dunia harus “dimatikan” agar manusia bebas berjalan menuju tujuan, yaitu memperoleh kebahagiaan spiritual yang hakiki. Bagi mereka,cara memperoleh keridaan tuhan tidak sama dengan cara memperoleh kenikmatan material.Peningkaran ego dengan cara meresapkan diri pada kemauan tuhan adalah perbuatan utama. 

           Sikap mental yang tidak sehat sebenarnya diakibatkan keterikatan kepada kehidupan dunuawi . Bentuk keterikatan itu, menurut pandangan para sufi, bermacam-macam, anatara lain yang di pandang sangat berbahaya adalah sikap mental “riya”. Sifat ingin di sanjung dan ingin di agungkan, menurut AL-Ghazali, sulit untuk menerima kebesaran orang lain, termasuk untuk menerima keagungan Allah. Sebab, hasrat ingin disanjung itu sebenarnya tidak lepas dari adanya perasaan paling unggul, rasa superioritas, dan ingin menang sendiri, Kesombongan dianggap sebagai dosa besar kepada Allah. Oleh karena itu,AL-Ghazali menyatakan bahwa kesombongan sama dengan penyembahan diri, satu macam dari politeisme.

2. Pengetian Tahalli 

           Tahalli adalah upaya mengisi atau menghiasi diri dengan jalan dengan jalan membiasakan diri dengan sikap, perilaku, dan akhlak terpuji. Tahapn tahalli dilakukan kaum sufi setelah jiwa dikosongkan dari akhlak- akhlak jelek. Pada tahapan tahalli, kaum sufi berusaha agar setiap gerak prilaku selalu berjalan di atas ketentuan agama, baik kewajiban yang bersifat “luar” maupun yang bersifat “dalam”. Aspek luar adalah kewajiban-kewajiban yang bersifat formal seperti sholat,puasa,dan haji, sedangkan aspek “dalam” seperti iman,ketaatan,dan kecintaan kepada tuhan. 

           Dengan demikian, tahap tahalli merupakan tahap pengisian jiwa yang telah dikosongkan. Sebab, apabila suatu kebiasaan telah dilepaskan, tetapi tidak segera ada penggantinya, kekosongan itu dapat menimbulkan frustasi. Oleh karena itu, ketika kebiasaan lama ditinggalkan,harus segera diisi dengan satu kebiasaan baru yang baik. Jiwa manusia, seperti kata AL-Ghazali, dapat diubah, dilatih, dikuasai,dan dibentuk sesuai dengan kehendak manusia itu sendiri.Sikap mental dan perbuatan baik yang sangat penting diisikan kedalam jiwa manusia dan dibiasakan dalam perbuatan dalam rangka pembentukan manusia paripurna, antara lain sbb: 

a). Tobat Menurut Qamar Kailani dalam bukunya Fi At-Tashawwuf AL-islam, tobat adalah “rasa penyesalan yang sungguh- sungguh dalam hati dengan disertai permohonan ampun serta meninggalkan perbuatan yang menimbulkan dosa”. 

b). Cemas dan Harap (Khauf dan Raja’) Menurut AL-Bashri, yang dimaksud dengan cemas atau takut adalah suatu peraasaan yang timbul karena banyak berbuat salah dan sering lalai kepada Allah.                       

c). Zuhud Sesuai dengan pandangan sufi, hawa nafsu duniawilah yang menjadi sumber kerusakan moral manusia. 

d). AL-Faqr Istilah al- faqr bermakna tidak menuntut lebih banyak dari apa yang telah dipunyai dengan merasa puas dengan apa yang sudah dimiliki, sehingga tidak meminta sesuatu yang lain.

 e). Ash-Shabru Salah satu sikap mental yang fundamental bagi seorang sufi adalah sabar. 

f). Rida Sikap mental rida merupakan kelanjutan rasa cinta atau perpaduan dari mahabbah dan sabr.

 g). Muraqabah Seorang calon sufi sejak awal sudah diajarkan bahwa dirinya tidak pernah lepas dari pengawasan Allah. 

3. Pengertian Tajalli 

  Untuk pemantapan dan pendalaman materi yang telah dilalui pada fase tahalli, rangkaian pendidikan akhlak di sempurnakan pada fase tajalli bermakna terungkapnya nur ghaib. Agar hasi yang telah di peroleh jiwa dan organ-organ tubuh yang telah terisi dengan butir-butir mutiara akhlak dan terbiasa melakukan perbuatan luhur tidak berkurang , rasa ketuhanan periu di hayati lebih lanjut. Kebiasaan yang di lakukan dengan ke sadaran optimom dan rasa kecintaan yang mendalam dengan sendirinya akan menumbuhkan rasa rindu kepada-Nya. Para sufi sependapat bahwa tingkat kesempurnaan kesucian jiwa hanya dapat di tempuh dengan satu jalan, yaitu cinta kepada Allah dan memperdalam rasa kecintaan itu. Dengan kesucian jiwa, jalan untuk mencapai tuhan akan terbuka . Tanpa jalan ini, tidak ada kemungkinan terlaksananya tujuan dan perbuatan yang dilakukan pun tidak di anggap sebagai perbuatan yang baik.

 BAB III 

 PENUTUP

A. Kesimpulan

         Tahapan- tahapan menjadi seorang sufi harus melewati berbagai proses mulai dari takhalli (mengosongkan jiwa dari sifat-sifat yang jelek), tahalli (menghiasi diri dengan akhlak yang baik) dan tajalli (yang sudah mendapatkan nur ghaib yaitu orang yang memperoleh jiwa yang berisi dengan butiran- butiran mutiara akhlak yang baik sehingga selalu menimbulkan rasa cinta kepada Rabb- Nya. Dan perlu pelatihan-pelatihan jiwa mistik, yaitu melatih kejiwaan melakukan hal-hal yang baik dan menjauhi segala hal-hal yang mengotori hati. Jika itu sudah dilakukan maka akan timbul dengan sendirinya kesadaran jiwa yang selalu merasa diawasi oleh Allah SWT (muroqabah).

 B. Saran

    Hamba yang baik bagi sang pencipta merupakan suatu keinginan dan bahkan menjadi tujuan bagi orang sufi maka dari itu perlu yang namanya kerja keras untuk mencapai tingkat seperti itu. Maka kita selaku generasi selanjutnya perlu menggali ilmu agama lebih dalam lagi untuk menjadi hamba yang baik bagi sang pencipta.

DAFTAR PUSTAKA 

Solihin, Rosihon Anwar, Ilmu Tasawuf CV Pustaka Setia, Bandung, 2008

Rosihon Anwar, Akhlak Tasawuf, Pustaka Setia, Bandung, 2010  

Muhammad Fethullah Gulen, kalbin zumrut Tepeleri, Terj.Fuad Syaifudin Nur, Tasawuf Untuk Kita Semua, Anggota IKPI DKI, Jakarta,2014

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Buku (non fiksi) Paradigma Peradaban Islam dalam Tasawuf Sebuah pemaparan Awal